Kab Bandung, Sekilasbandungraya.com – Presiden Perkumpulan Teknik Perumahsakitan Indonesia (PTPI) Prof. Dr.-Ing. Eko Supriyanto secara langsung kunjungi PT. Hierotama Indojaya guna mendapat penjelasan perihal kecangihan Mesin Olah Runtah (Motah) sekaligus peninjauan lapangan melihat sistem operasi Motah. Sabtu, 24 Agustus 2024.
Kehadirannya Presiden PTPI di sambut langsung oleh Dirut PT. Hierotama Indojaya Bapak Gani Gunawan, GM Ibu Rezeky dan Koordinator Motah Kolonel Caj (K) Nurjanah Suat, S.Pd.,M.Si.
Dalam pelaksanannya, Prof. Dr.-Ing. Eko Supriyanto himpun informasi kecanggihan Motah dengan cara berdiskusi bersama Bapak Gani Gunawan dan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan mengenal proses perakitan dan spesifikasi bahan serta lain sebagainnya.
Usai peninjauan lokasi Motah yang berada di wilayah kerja Sektor 5 Citarum Harum saat di wawancarai Prof. Dr.-Ing. Eko Supriyanto menyampaikan, kami ingin melihat, karna sebelumnya sudah dipersentasikan jadi kami ingin memverifikasi terkait dengan suhu, tadi kami lihat luar biasa sesuai dengan apa yang sudah kita saksikan, sebelum ini jadi dari suhu ketika dimasukan 800°C kemudian dalam 2 menit sudah menjadi 1100°C artinya ini oke untuk sisi Rumah Sakit untuk kesehatan Incinerator saya katakan itu bisa dipenuhi.
“Kemudian terkait dengan keselamatan disekitarnya bagaimana api ketika Incinerator dibuka api juga tidak keluar, api disana juga selamat untuk pengguna, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi dengan tanda-tanda keselamatan karna di samping kiri kanan nya nanti panas ini yang harus kita tambahkan,” ujarnya.
Pihaknya juga mengatakan, tadi bagaimana kita lihat cerobong asapnya ketika ditutup nampak sangat minim asapnya, itu juga hal yang bagus dan tentunya nanti kita perlu lihat uji emisinya tapi kita lihat kemarin hasil uji emisi sudah memenuhi persyaratan.
“Jadi saya rasa dari sisi persyaratan untuk pembakaran, persyaratan untuk emisi kemudian persyaratan terkait lingkungan sekitarnya mudah-mudahan ini tidak jadi suatu masalah bisa di gunakan di RS, tentunya ini baru awal kita akan lakukan evaluasi yang lebih dalam lagi sehingga nantinya bisa di terapkan di fasilitas kesehatan seluruh Indonesia baik itu RS atau Puskesmas,” harapnya.
Ir. Mohammad Nasir, M.Si Bidang Keahlian lingkungan/ekologi Rumah Sakit menambahkan, ini terobosan baru, selama ini pembakaran, orang berpikir menggunakan mesin Insinerator itu cost nya sangat tinggi baik untuk listrik dan sebagainya, dengan teknologi sekarang, awal sebelum saya melihat disebut sebagai tungku maka ketika saya melihat ini sudah menjadi Incinerator, bahwasanya suhu nya sudah mencapai diatas 1000°C, jadi ini merupakan terobosan teknologi baru yang kedepan bisa menggeser teknologi Incinerator yang sudah ada selama ini.
“Yang penting lagi terkait bagaimana kinerja alat ini, terutama di dalam penggunaan limbah yang di hasilkan mulai dari emisi gas buang, ini harus dipantau sehingga selalu memenuhi syarat baku mutu emisi, juga limbah residunya harus memenuhi standar parameter sebagai limbah B3 yang memenuhi syarat, itu rasanya harus dipantau secara rutin mengacu pada Peraturan KLHK terutama di PP No. 22 Tahun 2021 dan Permen LH No. 6 Tahun 2021,” jelasnya.
Menurutnya, Incinerator yang biasa pake minyak ataupun listrik jadi salah itu satu perbedaan utamanya, kemudian terkait dengan ukuran, selanjutnya terkait dengan kecepatan. Kalau kita lihat dari sisi pengguna atau yang ingin menggunakan Incinerator jelas dari segi cost sangat jauh dibandingkan dengan Incinerator yang selama ini, karna tidak ada kebutuhan BBM ataupun bahan bakar termasuk listrik, praktis tenaga maupun pendukung lainnya.
“Hal lain yang harus digaris bawahi adalah terkait alat ini rasanya mungkin perlu berkonsultasi dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait dengan perizina, karna KLHK konsen terhadap teknologi pengolahan limbah sehingga perlu di pastikan bahwasanya harapan saya mudah‐mudahan tidak diwajibkan untuk mengurus izin di KLHK mungkin dari dinas LH setempat untuk monitoring dan pengawasan saja,” tandasnya.