Bandung, Sekilasbandungraya.com – Ketua Umum Viking Persib Club, Tobias Ginanjar, secara resmi memenuhi panggilan Direktorat Reserse Siber (Ditressiber) Polda Jawa Barat. Kehadirannya sebagai saksi terkait laporan dugaan ujaran kebencian yang dilakukan oleh konten kreator Adimas Firdaus alias Resbob, yang dinilai menghina Viking Persib dan suku Sunda.
Tobias menegaskan bahwa pihaknya sepenuhnya menyerahkan penanganan kasus tersebut kepada aparat penegak hukum. Ia menyatakan kepercayaan penuh terhadap proses hukum yang saat ini tengah berjalan di Subdit Siber Polda Jabar.
“Hari ini saya hadir memenuhi panggilan Subdit Siber Polda Jabar sebagai saksi, dalam rangka dimintai keterangan untuk memperkuat laporan yang telah dilakukan oleh saudara Ferdi, yang mewakili Viking. Laporan tersebut dibuat pada Kamis, 11 Desember lalu,” ujar Tobias kepada awak media. Senin (15/12/2025).
Menurut Tobias, langkah hukum yang diambil Viking Persib Club merupakan bentuk tindak lanjut atas aspirasi yang disampaikan oleh para anggota. Ia mengungkapkan bahwa sejak peristiwa tersebut mencuat, pihaknya menerima banyak pesan langsung (DM) dan mention dari anggota serta bobotoh yang merasa tersakiti.
“Ini hadir dari aspirasi anggota. Banyak sekali DM dan mention yang masuk ke saya dan ke akun resmi Viking. Intinya mereka merasa sakit hati dan meminta Viking tidak tinggal diam, serta menindaklanjuti kejadian ini secara serius,” sambungnya.
Tobias kembali menegaskan bahwa Viking mempercayakan sepenuhnya proses penanganan perkara kepada kepolisian.
“Kita menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum yang berjalan. Kami percaya Subdit Siber Polda Jabar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya,” tegasnya.
Selain itu, Tobias juga memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan imbauan kepada seluruh suporter, khususnya bobotoh, agar lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap, terutama di ruang publik dan media sosial.
“Hari ini juga menjadi pengingat dan pesan bagi semua suporter, terutama bobotoh, agar lebih berhati-hati. Jangan sampai dalam rivalitas dengan suporter lain justru menggunakan kalimat-kalimat yang menyinggung suku, agama, dan ras,” katanya.
Ia menekankan bahwa kasus ini harus menjadi pelajaran bersama, tidak hanya bagi pihak yang diduga melakukan penghinaan, tetapi juga bagi seluruh elemen suporter sepak bola di Indonesia.
“Ini jadi pelajaran untuk kita semua. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali ke depannya, baik oleh suporter maupun bobotoh. Kita harus sama-sama menjaga etika, persatuan, dan saling menghormati,” pungkas Tobias Ginanjar.







